Tahukah Kamu, Indonesia menempati urutan keenam di dunia dengan jumlah penderita diabetes terbanyak. Penyakit diabetes merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia dan jumlah ini terus meningkat setiap tahun.
Untuk pengidap diabetes, umumnya dokter tidak menyarankan berpuasa karena gula darah terlalu rendah (hipoglikemia). Mengonsumsi makanan banyak dalam waktu pendek saat sahur dan berbuka juga bisa memicu kadar gula yang terlalu tinggi (hiperglikemia).
Apa itu Gula Darah Puasa?
Nilai gula darah puasa (GDP) adalah kadar gula darah yang didapatkan sebelum makan. Tes ini dilakukan setelah puasa atau setelah tidak mengonsumsi makanan selama 8 jam.
Biasanya, cara ini digunakan untuk diagnosa penyakit diabetes. Berikut nilai gula darah puasa menurut WHO dan American Diabetes Association (ADA).
Normal: 80-100 mg/dl
Pre-diabetes: 101-125 mg/dl
Diabetes: 126+ mg/dl
Ada juga beberapa tes lain untuk mengetahui kisaran kadar gula darah normal. Hasilnya pun berbeda dengan Gula darah puasa (GDP).
Beberapa cara tersebut antara lain: Gula darah 2 jam postprandial (GD2PP) yang diambil 2 jam setelah waktu makan, Gula darah sewaktu (GDS), dan Hemoglobin A1c (HbA1c).
Risiko Puasa Ramadan untuk Penderita Diabetes
Sama halnya dengan penyakit diabetes yang tidak dijaga, puasa ramadhan dapat memicu masalah yang serius. Gula darah yang berlebihan dapat merusak pembuluh darah sehingga darah sulit mengalir dengan lancar. Hal ini dapat menyebabkan mata buta atau bahkan perlunya amputasi.
Berikut ini risiko puasa Ramadan bagi penderita diabetes yang umumnya terjadi:
- Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi gula darah yang turun drastis dan lebih rendah dari normal (dibawah 70 mg/dl). Kondisi ini diperburuk dengan penggunaan insulin atau obat diabetes, terutama saat puasa.
Beberapa gejala hipoglikemia seperti: keringat dingin, gemetar atau tremor, lelah, keringat dingin, denyut jantung cepat, lapar, sulit fokus, dan sakit kepala.
- Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah kondisi gula darah yang melonjak naik dan lebih tinggi dari normal (diatas 200 mg / dl), dan bisa memicu diabetes ketoasidosis pada penderita diabetes tipe 1.
Beberapa gejala hiperglikemia seperti: rasa haus berlebihan, lapar, sering urinasi, lesu, sulit fokus, perut sakit, mual, dan muntah.
- Diabetes Ketoasidosis
Ketika tubuh tidak menerima glukosa yang cukup, kadar gula akan meningkat dan tubuh kamu mulai memecah lemak sebagai energi. Proses ini menghasilkan keton (asam beracun) pada darah. Jika tidak dirawat, kondisi ini sangat berbahaya dan bisa mengancam nyawa.
Penderita diabetes tipe 1 yang menjalani ibadah puasa saat Ramadhan lebih rentan terserang ketoasidosis diabetik.
Beberapa gejala diabetes ketoasidosis seperti: rasa haus berlebihan, mual, muntah, sulit bernapas, sering urinasi, sakit perut, lesu, bau mulut yang manis seperti buah-buahan, dan penglihatan kabur.
- Dehidrasi dan Trombosis
Penderita diabetes memiliki risiko dehidrasi yang jauh lebih tinggi dari orang yang sehat. Tentunya, kondisi ini sangat sulit dikendalikan saat ibadah puasa Ramadhan. Belum lagi cuaca panas Indonesia yang memperburuk situasi ini.
Dehidrasi juga bisa menghasilkan darah yang lebih kental dan lengket, dan memicu penyumbatan pembuluh darah (trombosis).